Pantang bagiku memperlihatkan kesedihan maupun kegundahan hatiku pada mama. Mamaku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Mama sering kali keluar masuk RS. Kesehatan beliau memang tak sebaik papa (yang di usianya ke 70 tahun masih segar bugar, giginyapun masih utuh).
Setahun yang lalu mama dirawat di ICU selama seminggu, beliau divonis terkena stroke, yang disebabkan oleh jantungnya yang tak berfungsi dengan baik. Sejak saat (hingga sekarang) ritme tidurku berubah. Aku selalu terjaga setiap 2 jam sekali untuk memantau keadaan mama, bagaimana irama jantungnya, apakah keringat beliau berlebihan, apakah suhu tubuhnya meningkat dsb.
Bulan ini Alloh 'memperkenalkanku" dengan sebuah episode hidup yang berbeda dari yang pernah kualami. Episode hidup yang sangat menguras tenaga,pikiran, emosi dan harta.
Namun perjalan hidup yang dahulu telah mengajakan padaku untuk tidak berkeluh kesah. Selama semangat dan kerja keras tak padam, dan senantiasa berada dalam koridor agama, maka kuyakin semua akan baik-baik saja.
2 hari yang lalu, saat aku memijit kaki mama, tiba-tiba beliau berkata begini padaku
"Dik (panggilan mama padaku), maafin mama ya, telah merepotkan adik, mama tau adik sekarang sedang memikul beban berat, sabar ya dik, jalani aja, memang hidup kita harus melewati ini semua".
Walaupun terkejut, namun aku berusaha mengelak, kukatakan pada mama bahwa aku baik-baik saja, seperti biasanya.
Kemudian beliau berkata "Ibu yang ikhlas mencintai anaknya dapat merasakan apa yang dialami anaknya, sejauh apapun jarak memisahkan keduanya, apalagi adik yang lebih dari seperempat abad di sisi mama, mama bisa meraba apa yang adik sembunyikan".
Hickz.....pertahan air mataku runtuh, tangisku menganak sungai, tak sepatah katapun keluar dari mulutku.
Tangisku bukan karena saratnya beban yang kupikul, namun terharu dengan kepekaan "antena" mama yang mampu menangkap sinyal-sinyal kesedihanku yang kututup rapat dari beliau.
Pada akhirnya ahanya doa yang bisa kurangkaikan, semoga Alloh memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan semoga kelak aku mampu menjadi ibu dengan "antena" yang peka demi membawa keluargaku kedalam surgaNYA.
Semoga Alloh masih memberikan kesempatan pada mama untuk melihatku menjadi seorang ibu :y
(Thanks buat Mas yang selalu menyediakan bahunya untuk tangisku. Kesabaran dan kasihmu luar biasa. I luv u so much)
7/26/2009
"Antena Mama" (Naluri Ibu)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
tak pinjemin bahu sama tisu mbak...sabar yah
ReplyDeletesemoga mama sehat dan di beri panjang usia yah...Amin
ReplyDeleteTeriring doa Mbak semoga Ibunda diberi kesehatan dan kita diberi kemudahan dalam hidup ini :-)
ReplyDelete