Untuk melakukan perubahan sosial, mengajak atau mempengaruhi masyarakat kepada kebaikan itu memang lebih mudah dari mencegah kemunkaran.(lebih mudah lho ya bukan mudah)
Mengajak berbuat baik itu kecil resikonya, mau ikut syukur, gak mau ikut ya sudah. Begitu kan?
Namun jika mencegah kemunkaran , resikonya berat , ada konsekuensinya.
Meski berisiko namun kita tak boleh mundur. Mundur berarti melegitimasi kemunkaran itu.
Banyak orang yang merasa tidak peduli dengan keadaan disekitarnya, karena merasa tidak dirugikan secara langsung.
Ada juga yang menganggapnya sebagai hal biasa atau privasi yang tak dapat diganggu gugat. Hal ini membuat orang menjadi tidak sensitif terhadap keadaan di sekitarnya. Akibatnya sebagian orang merasa semakin bebas berbuat tanpa merasa malu.
Sebenarnya, tiap manusia punya nurani untuk mendeteksi hal2 yang benar dan salah.
NURANI YANG TAK TERASAH AKAN KERDIL DAN SULIT DIJADIKAN TEMPAT BERKACA.
Ada banyak perempuan yang dari rumah sengaja menggunakan rok mini, tapi berusaha menutupi (maaf) pahanya dengan tas atau map ketika duduk di angkutan umum. Kenapa?
Karena nuraninya merasa risih dan malu.
Oleh karena itu ASAHLAH nurani hingga tidak kehilangan sensitifitasnya.
Terbiasa mendiamkan kemaksiatan, bahkan menikmatinya (dalam bentuk tayangan televisi dan majalah misalnya) tanpa kita sadari menumpulkan sensitifitas.
Kita terbiasa melihat perselingkuhan, melihat laki2 dan perempuan berpacaran atau beradegan mesra, lama kelamaan ketika kita melihatnya di dunia realita, kita tak lagi merasa terganggu.
Asahlah nurani dengan siraman Illahiyah, hingga ia tumbuh dan berkembang menjelma menjadi pohon keimanan yang kuat. Akarnya menghujam ke bumi dan rantingnya menjulang ke langit. Iman yang seperti inilah yang tidak takut menghadapi resiko dari memperjuangkan kebenaran ,apapun bentuknya.
Sensitifitas tanpa bertindak belumlah cukup.
Sebenarnya banyak yang dapat kita lakukan. Tindakan paling ringan adalah MENATAP SECARA LANGSUNG DAN TERUS MENERUS, agar pelakunya merasa risih dan menghentikan aktivitasnya. (ini yang sering saya lakukan, karena saya belum berani menegurnya secara langsung)
Apabila mempunyai keberanian yang lebih dapatlah ditegur secara sopan dan halus.
Mungkin para pembaca mempunyai cara lain untuk mengasah sensitifitas or menegur pelaku kemaksiatan?
Berbagi yuuuuukkkkk...
(tulisan ini disarikan dari artikel di majalah Ummi)
9/22/2008
ASAH SENSITIFITAS
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
saling mengingatkan dalam kebaikan.......
ReplyDeletehahahahaha....kena deh....., mba guyu....mau ngasih tahu....ada PR lagi tuh dari aku di rumahku....
ReplyDeleteWaah.. mbak ELSE... cocok dah jadi penulis.... Jarang aku lihat tulisan yang seperti ini, kayak mas Fajar Indra tulisannya, tapi ini temanya lain dan lebih kena di hati...
ReplyDeleteDemi Allah, keren mbak tulisan sampeyan...
Saya setuju mengasah NURANI
ReplyDeleteadalah dengan siraman Illahiyah
timbul pertanyaan :
Bagaimana mempertahankannya,
sedangkan " pohon " semakin tinggi
anginnya semakin besar..
BETUL..
akarnya juga kuat.
Namanya dihempas tetap saja
bergoyang.
Mungkin "SABAR ,dan
banyak BERSYUKUR adalah diantara
kiat kita sebagai insan yang lemah
untuk tetap mempertahankan
Harta yang paling berharga " IMAN "
Mohon maaf,
Hanya komment saja terhadap
tulisan yang Bagus akan isinya.
wassalam
@tki-sudah pulang, angin berhembus tidak tergantung pada tingginya pohon.
ReplyDeletenamun pohon yang tinggi akan lebih "bergoyang" dedaunannya jika berhembus angin, tetapi tak kan roboh jika batangnya kokoh dan akarnya menghujam kuat. kecuali klo sampean gergaji :D
BTW terimakasih komennya. komen yang bagus>>harta yang paling berharga "IMAN"
ini masalah hati nurani kan....
ReplyDeletekalo iya comen ku adalah....
marilah mempererat hubungan silaturahmi...
(*g nyambung ya.... hwawawawawawawawawa)
(g ngerti seh)
(*kabur)
hmmm... sayang saya ndak punya hati nurani :p
ReplyDeletehemmmm..singkat..padat tapi ngena..Nice posting
ReplyDeletehmmm.. saya termasuk kurang sensi dengan perasaan orang
ReplyDeletesaya tunggu diblog saya y.makasih
ReplyDeletepostingannya bagus, mbak..
ReplyDeletesemoga kita memiliki hati yg sensitip terhadap lingkungan. amiin..
nice post....keep good work...sis!!
ReplyDeleteMungkin para pembaca mempunyai cara lain untuk mengasah sensitifitas or menegur pelaku kemaksiatan?
ReplyDeleteBerbagi yuuuuukkkkk...
mungkin dengan kita tidak bertindak seperti itu , dapat mengurangi angka kemaksiatan.
mari kita mulai dari diri kita masing2.
...have fun
susah bikin orang punya hati nurani..
ReplyDeletejaman dah edan
ibu rela bunuh anaknnya
Tindakan paling ringan adalah MENATAP SECARA LANGSUNG DAN TERUS MENERUS
ReplyDeletekalau bu guru ditatap terus sama muridnya, risih ga???
ngacriiiiiiiiiiiiit....
@Bagus pras, rela, klo muridnya sampean mas hehe
ReplyDeletelagian aq kan gak berbuat maksiat mas, jadi ngapain menatap aq terus menerus?
kali aja mereka mengagumi wajah manis ku hihi
narsis mode=on