Masa pemilihan wakil rakyat akan dimulai. ada baiknya kita membaca kisah yang terjadi pada zaman Umar bin khattab ini.
Suatu ketika, beberapa waktu setelah berlangsung pembagian kain pada umat muslimin, Khalifah Umar bin Khattab bicara di hadapan para umat dan membuka kata dengan pernyataan
"Wahai ikhwanul muslimin, dengar dan taatilah perkataannku..."
Saat itu Salman al farisi segera berdiri dan mengiterupsi Umar,
"Tidak, aku tidak akan mendengar dan mentaatimu"
Umar terkejut mendengarnya, dan menanyakan mengapa Salman berkata demikian.
Salman menyanpaikan ganjalan hatinya
"Kami tahu setiap orang hanya berhak mendapat jatah kain satu lembar, namun aku melihat engkau mendapat dua lembar ya Umar"
Umar pun memanggil anaknya, Abdullah, yang menjelaskan bahwa kain itu adalah jatah dirinya yang diberikan pada ayahnya. Usai penjelasan ini Salman pun berkata
"Sudah jelas bagiku persoalan ini, maka lanjutkanlah perkataanmu dan kami akan mentaatimu"
kisah diatas menakjubkan bila kita refleksikan pada kehidupan kita sekarang ini.
Kita sering memendam curiga pada teman, pejabat, atau anggota legislatif yang mengalami peningkatan kondisi kehidupan secara drastis.
Daripada bertanya langsung, sebagian umat masa kini lebih memilih diam dan berkasak-kusuk membicarakan berbagai dugaan negatif atau langsung melempar isu negatif ini ke tengah masyarakat.
Sebaliknya, kalaupun ada seseorang yang berani bertanya, "sang sorotan" cenderung merasa tersinggung, terancam, marah atau sebaliknya menyerang si penanya dengan berbagai tudingan.
"Kenapa sih tanya-tanya?, memangnya gak boleh punya mobil baru?, suudzon amat?"
Atau balik menyindir "Bukankah jika saudaramu memperoleh kebaikan atau kebahagiaan, kita seharusnya ikut senang dan mendoakan keberkahan baginya?"
Lengkaplah sudah, satu pihak tak siap bertanya, dan pihak lain tak siap menjawab.
Dan kedua pihak boleh dikata bermuara pada situasi yang sama, kehilangan ketulusan dan kepercayaan
Umar menerima interupsi dan tuntutan Salman dengan tenang karena beliau yakin akan kebersihan dan kelurusan dirinya. Umar tahu bahwa kegundahan memang memunculkan pertanyaan, dan pertanyaan hanya butuh satu hal : penjelasan
Lagi-lagi sulit membayangkan jika peristiwa ini muncul tanpa dimodali dengan ketulusan dan rasa saling percaya
Maka jika suatu ketika kita merasa begitu sulit untuk menyampaikan pertanyaan hati pada orang lain dan hanya bisa memendam rasa atau menebar kasak-kusuk atas segala kegundahan, atau manakala kita merasa begitu terancam dengan segala pertanyaan, kritik atau cek dan ricek seseorang atas diri kita, mungkin inilah saatnya kita coba mencari kembali kelurusan dan ketulusan serta rasa saling percaya dalam hati kita.
Jangan-jangan rasa itu sudah tak lagi bersemayam di dalam kehidupan kita.
Naudzubillahmindzalik, semoga kita terhindar dari yang sedemikian :y
(tulisan ini diambil dari tulisan mbak zirlyfera jamil)
4/05/2009
Cek dan ricek (telaah tentang seorang pemimpin dan umatnya)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
nyoba petromax rasa jerukkk
ReplyDeletembaca dolo...komene mburii
ReplyDeletembake kie lg ngomongin politik toh...weh alih profesi yo mbak.....
ReplyDeletetak ada lingkaran di luar keluarga nabi yang lebih tinggi derajatnya dari Salman Al Farisi...
ReplyDeleteklo seandainya
ReplyDeletepara pemimpin
bisa berfikir dan bertindak
layaknya para khalifah
semoga bu guru ... amin ....
ReplyDelete)!(contreng no.8)!( hehehe
malu bertanya maka sesat di jalan
ReplyDeletehehehe...
wah.. akup ikir acara cek n riceknya udah pindah ke blognya Elsa.. hehehehehh
ReplyDeletesalam kenal dari blogger siak bunga raya yang baru ngeblog dan belum tau apa2 tentang blog,dengan semangat memperkenalkan daerah saya yang belum terkoneksi dengan internet. mohon dukungan dan sarannya.
ReplyDeletemencari pemimpin seperti umar bin khatab, ataupun umar, ali dan abu bakar tentu takkan pernah kita temui. yang bisa kita lakukan hanyalah mencari pemimpin yang masih inget tentang riwayat2 mereka dan mengamalkannya.
ReplyDeleteNaudzubillahmindzalik, semoga kita terhindar dari yang sedemikian
ReplyDeletetinggal 2 hari lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
yup. kuncinya emang komunikasi n berbaik sangka. soalnya kadang dah dijelaskan sejelas-jelasnya juga kita masih suka "alah....apa bener sih?"
ReplyDeleteYach teladan dari zaman dulu yang sungguh memberi pelajaran berarti
ReplyDeleteArtikel yang bagus di tengah sulitnya mencari figur pimpinan saat ini
ReplyDeleteya kita harus hindarin spt ya mba..
ReplyDeletewah artikel yg menarik
ReplyDeletembake semangkin cerdas
ReplyDeleteKapan kita memperoleh pemimpin yang betul-betul amanah???
ReplyDeleteBagaimana kalau kita salah memilih pemimpin dalam pemilu yang ternyata tidak amanah?! apakah berdosa? salam kenal dari blogger mobile. Untuk teman2 yang mau berbagi trik ngeblog via ponsel, silahkan kunjungi blog saya!
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMendamba pemimpin sejati..
ReplyDeleteiso tho nulis koyo ngene jebule ? heran aku
ReplyDeletenice post makasih ya infonya im back again
ReplyDelete