Sosok yang ramah ,sopan dan murah senyum (seperti aku :$ )umumnya akan disukai orang lain, begitu pula orang yang gemar menolong, jujur, sabar , murah hati(juga masih tetap sepertiku :$ :$ :$ ,weleh narsis bener yach aq, biarin deh, dimana lagi aq bs narsis klo bkn di blogku sendiri :D) dan banyak lagi.
Tidak hanya pelakunya, sang penganjur kebaikan pun sama nasibnya, disukai orang banyak. Guru yang mendidik murid untuk rajin belajar, Ustad yang mengajak umat untuk bersedekah, pak RT yang mengajak kerja bakti, dan siapapun yang mengajak bersama-sama mendorong terwujudnya kebaikan , umumnya akan mendapat dukungan dan cinta dari hampir semua orang.
Namun sudah menjadi sunatullah (hukum alam), pelaku dan penyeru kebaikan akan berhadapan dengan tantangan dan hambatan. Awalnya tentu datang dari pihak2 yang berseberangan dengan segala bentuk perilaku dan seruan kebaikan.
Namun kini tantangan dan hambatan pun datang dari terkuaknya kasus2 penyalahgunaan kebaikan ataupun pelaku2 “kebaikan” terselubung yang menjelma bagai sesendok nila :v dalam sebelanga susu, merusak segalanya. :(
Banyaknya kasus penculikan, kejahatan melalui hipnotis, pembiusan dan penipuan membuat orang tak lagi percaya pada mereka yang tersenyum ramah dan menawarkan bantuan.
Sosok yang tersenyum ramah di belakang antrian ATM, mungkin saja tukang todong, :v Minuman yang ditawarkan bisa saja telah di suntikan obat bius, dll
Seolah belum cukup, kini marak terdengar kemunculan berbagai kelompok pengajian yang kemudian dinyatakan ber”aliran” sesat oleh MUI, ragamnya pun cukup seram, dari yang mengaku sebagai nabi, yang menghipnotis korban, yang memeras uang hingga yang menculik anak sekolah/mahasiswi. :o
Masyarakat pun bereaksi. Tak sekedar dengan menghadapi pelaku “kebaikan” terselubung ini, namun juga dengan mempertebal tabir kecurigaan pada segala jenis kelompok pengajian ataupun kajian agama. Umat pun terpecah dan hidup dalam nuansa saling curiga.
Kasus2 diatas memang sebuah tantangan. Dan tantangan adalah untuk dihadapi, diselesaikan ,bukan untuk dihindari.
Kewaspadaan jelas harus ditingkatkan, namun prasangka baik pun harus diiringkan, agar kebaikan dan pelaku sejati kebaikan bisa tetap eksis.
Namun, prasangka baik tentulah sulit muncul bila tidak dibarengi dengan bukti2 sikap ukhuwah yang mengemuka. Bermula dari tegur sapa, senyum, salam hingga kemauan untuk membuka diri bagi kelompok lain di luar kelompok kita.
Jika hal ini tak kita lakukan, maka semakin beratlah beban umat menanggung derita, dari penentang seruan kebaikan hingga tetesan nila2 lainnya yang tengah mengarah ke dalam belanga susu kita.
Naudzubillah.
Bagaimana menurut anda, para pembaca yang budiman....???
(Disarikan dari tulisan mbak Zirlyfera Jamil)
10/09/2008
NILA DALAM SUSU
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
waah...pak guru bisa coment agak panjang klo masalah kayak gigi, he he kayak gini. pertama sesunggunya beban maslah kita itu sesunggunhya sudah disesuaikan dengan kemampuan yg ada pada diri kita (QS. 2:286). kedua: sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan kita begitu saya setelah kita menyatakan diri sebagai orang yg beriman, pasti ada ujian untuk menguji sejuh mana kita beriman. dan ketiga, terkit dengan konteks ini, saya meyakini bahwa kita akan selalu dipertemukan olh orang yang satu visi dan misi dg kita (baik=baik, jahat=jahat, dsb) jika tidak maka sesungguhnya itu semua adalh bagian dari cara Allah mengingatkan kita, menjaga kita dari kesalhan yg mungkin selama ini tidak kita sadari. Pernah tertipu? mungkin itu adalah bagian dari teguran Allah kepada kita, yg juga pernah tidak jujur kepada-Nya, pernah menipu Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
ReplyDeleteustad siapa nih mbak... jiakakkaka...
ReplyDeletesetujuuuuu
ReplyDeletehehehe dimana ada kebaikan disitu pasti ada kejahatan, udah jamak y bu guru. btw setubuh eh setujuh ma kata2 bu guru
ReplyDeleteSusu apaan????
ReplyDeletembak narsis..
ReplyDelete@iam, terlambat kamu iam, baru tau klo mbak narsis hehe :D
ReplyDeleteyahhh... namanya juga manusia mbak... pasti ada informasi yang nggak sempurna mengenai pikiran masing2
ReplyDeletembak Else ini paling bisa bermain kata.He he he. Kemasan dan isi memang kadang jauh bertolak belakang. Ada kemasan bagus tapi isinya rusak, trus ada kemasan biasa ternyata isinya luar biasa.
ReplyDeleteterlalu narsis uey.....
ReplyDeletewah.....narsis itu masih mirip ama kismis yah, bu guyu kemarin ada yang narsih masuk UGD.....wuakakakakak
ReplyDelete****KAbuuuuuuuuur**** nantinya di timpuk ama monitor....
ternyata mbak else ini..wekekek..bisa juga jadi chasis mobil..ooppssss..halahhh jaka sembung maenin golok..wekekek..
ReplyDeleteklo kang harry ditimpuk monitor..saya bakalan ditimpa kulkas kayanya nie..xixixi..mending ngumpet aja akhhhh...
@manusia biasa, harry & Blogger addicter, lho kok malah aq yg dikomentari (??????), aq kan hanya sedikit narsis (blushing). hehe
ReplyDeletemau komentarin masalah narsisnya ajah..
ReplyDeleteaku temenin narsis ya else, hehehe....
wah mbak tyas curang yang dikomentarin malah narsisnya,hehehehe
ReplyDeletesekarang sulit mbak membedakan itu sebuah kebaikan atau tidak.ya kita semua harus waspada saja.apakah karena perekonomian kita yang semakin karuan ya....!!!
Banyak pelaku kriminal yg berkedok sebagai muslim yg alim,itulah yg menjadi pemicu rusaknya citra umat islam...padahal islam sangat menganjurkn tuk slalu berbuat kebaikan,,tp dasar manusia skrg,,,seakan tak perduli dgn hari akhir...!! smoga KITA bisa terhindar dr org2 yg demikian AMIEN
ReplyDeletembak .. emang bener tuh.. sekrang nih... apa aja bisa terjadi
ReplyDeletejgn coba-coba bagi2 makanan ke penumpang bis umum, ada peringatan yang ditempel di kaca bis, berbunyi, "awas, jangan terima makanan-minuman dari orang yang tak dikenal, mengandung obat bius!" :)
ReplyDeletenothing impossible
ReplyDeletekadang2 yang jelek cuman segelintir orang tapi bener2 bisa merusak kelompok ybs... *sigh*
ReplyDelete